Kamis, 02 Januari 2014

Perbedaan Jilbab Gaul Dengan Jilbab Syar'i



Sekarang sudah zamannya serba serbi modern. Mulai dari teknologi, transportasi sampai ke masalah fashion juga udah modern. Semakin lama semakin dihiraukan aturan-aturan yang ada. Contohnya saja dalam hal berjilbab. Kita tahu sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam Al-qur’an, seorang muslimah wajib menggunakan hijab (penutup) atau yang lebih kita kenal dengan nama kerudung atau jilbab. Sudah jelas tertera dalam Al-Qur’an QS. Al-Ahzab : 59 dan An-Nur : 31.

Dalam QS. Al-Ahzab : 59 dijelaskan, bahwa Allah SWT menyerukan kepada kita agar mengulurkan jilbabnya hingga ke seluruh tubuh. Jilbab di sini maksudnya semacam baju kurung yang tidak ketat dan memperlihatkan lekuk tubuh seorang wanita untuk menutupi aurat. Di dalam surah ini pula dijelaskan apa maksudnya Allah SWT menyuruh kita agar menutup aurat kita. Tujuannya supaya para muslimah lebih mudah  dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Sedangkan dalam QS. An-Nur : 31 lebih menjelaskan dan melengkapi dari penjelasan di Surat Al-Ahzab ayat 59.

Coba kita bandingkan jilbab dengan segala aturannya yang ada dalam Al-Qur’an dengan jilbab yang kalian pakai saat ini. Sudah syar’i kah jilbab kalian? Kebanyakan muslimah saat ini lebih mementingkan mode trend terkini dibandingkan dengan yang sudah diatur dalam Al-Qur’an.

Apa yang dimaksud jilbab gaul? Jilbab gaul itu yang sering dipakai kebanyakan muslimah saat ini. Entah mungkin karena mereka belum mengetahui bagaimana aturan menggunakan jilbab atau mereka sudah tahu tapi enggan melakukannya. Jilbab gaul itu jilbab yang dililit, dengan pakaian yang ketat memperlihatkan bentuk tubuh, yang penting asal panjang dan menutupi tangan dan kaki. Padahal sudah tertera dalam Al-Qur’an jilbab itu bukan dililit, tetapi diulurkan.

Dan yang dimaksud jilbab syar’i adalah jilbab yang sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Al-Qur’an dan hadist. Dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan bahwa jilbab itu seperti baju kurung. Tanda itu tidak ketat. Misalnya seperti gamis, ataupun atasan yang longgar dan menggunakan rok. Bukan seperti pada kenyataan saat ini. Para muslimah menggunakan jilbab dililit dengan baju dan celana yang ketat. Hal itu sangat bertolak belakang dengan ketentuan yang ada dalam Al-Qur’an.

Karena mengikuti trend dan mode masa kini menjadi alasan mereka mengapa menggunakan jilbab yang tidak syar’i. Ingat ukhti, jilbab yang syar’i itu ketentuannya berasal dari Allah SWT. Sedangkan jilbab gaul itu ketentuannya berasal dari manusia.

Jilbab gaul vs jilbab syar’i, yang mana yang kalian pilih ukhti? Yang sesuai dengan ketetapan Allah SWT atau yang sesuai dengan ketetapan mode fashion zaman sekarang? Mengikuti kaum mayoritas yang salah atau mengikuti kaum minoritas yang benar? Lebih baik kepanasan di dunia atau di akhirat? Selagi ada umur, ayo syar’ikan jilbabmu!

How to Use Jilbab Syar’i?

1. Jilbab yang panjang dan tebal (tidak tipis dan tembus pandang)

Sesuai dengan yang ada di dalam Al-Qur’an, jilbab yang syar’i itu menutupi dadamu. Tidak dililit ke atas kepalamu atau dimodifikasi agar tidak panjang. Mudah bukan? ga ribet, ga susah.

2. Menggunakan baju gamis atau baju yang longgar dan rok

Sudah jelas dalam Al-Qur’an, kita diwajibkan untuk menggunakan baju kurung atau baju yang tidak ketat memperlihatkan bentuk tubuh kita ukhti. Dan baju yang tidak ketat itu adalah gamis atau baju yang longgar dan rok. Its so simple to do. Dari pada kalian menggunakan pakaian yang ketat dan sangat tidak nyaman dipakai.

3. No Punuk Unta

Punuk unta? Apa itu? Tahukah kalian?? Para muslimah zaman sekarang menampakkan rambutnya yang digelungkan saat berhijab. Itulah yang dimaksud punuk unta. Bahkan lebih mirisnya lagi, kini sudah tersedia ciput yang ada punuk untanya. Dalam Islam ini dilarang. Berikut adalah hadist yang diriwayatkan oleh Muslim :

“Ada golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian” (HR. Muslim No. 2128)

Sudah jelaskan dalam hadist tersebut. Lebih baik jika yang berambut panjang bisa dikepang atau diikat biasa. Tidak digelungkan ke atas dan terlihat seperti punuk unta.

4. Menggunakan kaos kaki

Tahukah ukhti? Kakimu itu termasuk aurat yang harus ditutup. Jadi ketika keluar rumah atau bepergian kemanapun, jangan lupa gunakan kaos kakinya. Sudah jelaskan batas-batas aurat kita. Semuanya aurat kecuali telapak tangan dan wajah.

Mudah bukan untuk menggunakan jilbab syar’i yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Betapa Allah SWT sangat menjaga dan menyayangi diri kita. Tapi kita malah tidak menjaganya. Jagalah auratmu dari orang yang tidak berhak melihatnya. Banyak kasus pelecehan terjadi karena wanita kebanyakan menggunakan pakaian yang terbuka. Itu sudah tentu dapat mengundang setan untuk menggoda lawan jenismu melakukan pelecehan. Kalau sudah begitu, siapa yang harus disalahkan? Mata mereka akan terjaga jika dirimu menjaga penampilanmu pula. Islam teach you to covering not wrapping your aurat, ukhti. Islam mengajarkanmu untuk menutupi bukan membungkus auratmu.

==> Berikut beberapa contoh kesalahan berjilbab :















Semoga bermanfaat ukhti ^_^

Ayah, Aku Tidak Pernah Membencimu

Cerpen


     Gemerlap sinar itu mungkin telah lenyap ditelan ombak di laut, entah ke arah mana, dimana bahkan bagaimanapun aku juga tak tahu pasti. Kejadian itu terjadi saat aku masih di bangku SMA, yang jelas kebahagiaan itu telah tiada di hidupku, dunia ini seakan berputar begitu cepat.
     Ini kisahku..
Saat ini aku berusia 15 tahun, tepat menduduki bangku sekolah kelas 1 SMA.
Aku merupakan anak satu-satunya. Delita Andini, ya itu nama yang diberikan oleh Ayah dan Ibuku.
Memang kebahagiaan keluarga kecilku tidak sepanjang usiaku.
Kemewahan atas harta kekayaan telah diberikan Ayah sejak aku lahir di dunia kini telah lenyap akibat pengkhianatanya. Ayah yang begitu aku sayangi dengan tega meninggalkan kami demi orang ketiga pilihanya.
   Hari-hari itu memang Ayah dan Ibu sering mempermasalahkan satu hal yang selalu diiringi tangisan, jeritan, bahkan tamparan yang mungkin tak seharusnya terjadi dan tak pernah ku harapkan hadir di keluargaku.
“kamu seorang pengkhianat!”
“tutup mulutmu!!!” bentak Ayah
Begitulah pertengkaran yang setiap malam ku dengar di telingaku.
Malam itu aku tak tahu setan apa yang telah merasuki perasaan Ayah hingga ia begitu tega mengusir kami tanpa belas kasih sedikit pun.
“kemasi barang kalian dan segera pergi dari sini! Dasar benalu!”
Tak ku dengar pasti jawaban ibu, yang aku dengar hanya tangisan dan suara gerak kakinya yang menuju kamarku, aku tak tahu tiba-tiba ibu langsung memasukan bajuku dan baju nya lalu dia mengajakku keluar dari rumah.
"Apa yang Ayah bicarakan? Ayah mau kami pergi? Kenapa yah?" Tanyaku heran.
"Kamu pergi saja dengan Ibumu!!" Jawab Ayah terlihat sangat marah, itu pertama kalinya aku dibentak oleh Ayahku.
Kecewa dan marah.. itulah perasaan yang aku rasakan. Terkadang aku heran dengan sikap kedua orangtua ku yang seperti anak kecil, bertengkar.. bertengkar.. dan bertengkar!
Suasana itu yang kadang membuatku lebih banyak menghabiskan waktu di Sekolah sampai sore. untungnya, aku mengikuti sebuah organisasi yang membuatku terhibur dan merasa lebih baik ketika di Sekolah.
Saat itu kulihat wajah ibu yang terlihat bingung entah apa yang ia pikirkan, dia menciumku dan menangis dia berkata kepadaku kata bijak yang sampai aku menghembuskan nafas masih ada di otaku “kamu harus jadi wanita yang kuat” aku tak tahu mengapa ia mengatakan itu padaku.

     Malam itu kami menyusuri jalan hingga langkah kaki kami terhenti di sebuah mesjid ibu menangis dia memeluku dengan tanganya yang hangat setelah itu ibu mengajakku duduk di sebuah mesjid.
“Kenapa Ibu menangis?”
“Ibu nggak nangis kok nak, kita tidur di sini dulu ya”
“Kenapa kita harus meninggalkan rumah seperti ini bu?"
“Sekarang itu bukan rumah kita nak..” jawabnya lirih.
Selepas sholat Isya, Aku hanya terdiam, ku turuti apa kata Ibu lalu dia menaruh jaket nya untuk alas tidurku. Sementara Ibu masih melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Keesokan hari, Ibu memutuskan untuk mengajakku tinggal bersama dirumah Nenek.
“Ayo nak, kita harus kerumah Nenek..."
Aku tidak banyak berkata, ku turuti apa yang Ibu katakan.
Lalu kami berjalan menuju terminal yang letaknya tak jauh dari mesjid dan kami menaiki sebuah mobil warna hijau yang terdapat banyak orang di dalamnya.
     Perjalanan yang begitu lama dan tak kurasa aku sudah sampai di rumah neneku, rumah yang dua kali lebih kecil dari rumah yang kami tempati dulu.
Disana hari-hari kulalui meski aku sulit untuk menghilangkan kehidupanku yang seperti dulu,
aku jarang makan hingga aku terkena penyakit lambung tapi aku tetap tak mau makan.

     Hari-hari kulalui hingga tak terasa umurku sudah 17 tahun dan aku sudah menginjak kelas 3 SMA. Meski kini aku mempunyai seorang kekasih yang selalu menemani dan menghiburku,
tetap aku sangat merindukan Ayah.
Setiap hari ku ingin Ayah kembali dengan ibu tapi itu mustahil ibu sudah sangat benci pada ayah hingga pada saat ayah menemuiku ibu melarangnya.
Aku tak peduli apapun alasan kedua orangtuaku bisa seperti ini, yang pasti aku sangat rindu pada ayah,
hingga menjelang ujian nasional aku tak kuasa menahan rinduku
“Ayah aku sangat merindukanmu”
Ujian nasional itu kulalui dengan keadaan sakit, tapi aku masih tetap semangat dengan kehidupanku saat ini.
Tak terasa hari kelulusanpun tiba, senang rasanya melihat hasil kelulusanku dengan nilai yang cukup baik.
Aku harus segera menyampaikan berita gembira ini pada Ibu. Akupun ingin memberitahu Ayah, "Ayah.. aku lulus!"
Kebahagiaan ini tak lengkap jika Ayah tidak mengetahuinya. Entah kenapa tiba-tiba aku tak bisa menggerakan kaki ku bahkan perutuku sudah sangat sakit
“aku harus semangat!” kataku dalam hati.

     Setelah ku tempuh perjuangan Ujian Nasional hingga Kelulusan, keadaan ku semakin memburuk, ku lihat ibu, nenek, teman-teman dan kekasih ku begitu sedih.
Aku dibawa ke rumah sakit, aku tak sadarkan keberadaanku.
Ku lihat mereka menangis, ku lihat tubuhku terbaring di sebuah ranjang dengan mata tertutup, ku lihat sosok ayah memeluk tubuh kecilku.
Dan tak kusadari inilah roh ku, ini lah jasadku.
     Tubuhku dimandikan, tubuhku di selimuti kafan, dan disholati.
Hingga kulihat ayah dan kekasihku menangis di atas nisanku dan ku saksikan jasadku terpendam beserta rasa rinduku pada ayah.
Kalau sekarang aku bisa bicara dengan ayah akan kubisikan sebuah kata “Ayah..sampai kapanpun aku tak akan pernah membencimu”
.

The End.
Karya : Dini Dwi Rahayu