Hanya sekedar berceritaaa.. :)
Wilujeung Sumping.. :-)
Wilujeung Sumping.. :-)
Pada
tulisan kali ini, saya akan berbagi cerita tentang watak suku Sunda. Alasan saya
menulis mengenai watak suku sunda ini, karena dari berbagai pengalaman dan
informasi yang saya dapat ternyata lebih banyak pendapat orang dari luar suku
sunda yang mengatakan dari sisi negatif nya ketimbang sisi positif nya. Sampai
saya mendapatkan mitos bahwa "Suku Sunda Tidak Cocok Untuk Suku
Jawa". Mengapa begitu ya? Memang sebagai manusia tentu mempunyai hak
kebebasan untuk berpendapat, tetapi sebenarnya apa sih yang membuat orang luar
suku sunda yang berpendapat jelek tentang suku Sunda?
Saya sebagai orang Sunda, tentu ingin suku Sunda dilihat baik dari berbagai kalangan suku lain. Nah, maka dari itu..yuk baca baik-baik tulisan tentang suku Sunda ini, kita pecahkan masalah mitos ini.. supaya suku Sunda gak dipandang sebelah mata :-)
Saya sebagai orang Sunda, tentu ingin suku Sunda dilihat baik dari berbagai kalangan suku lain. Nah, maka dari itu..yuk baca baik-baik tulisan tentang suku Sunda ini, kita pecahkan masalah mitos ini.. supaya suku Sunda gak dipandang sebelah mata :-)
Setelah
saya banyak bertanya, menerima pendapat-pendapat dan searching di google
tentang suku Sunda, ada satu mitos jelek yang sampai saat ini masih melekat dalam
pandangan untuk suku Sunda. Berikut pendapat dari salah seorang suku Jawa
tentang pandangan Sunda.
"Lelaki Sunda tidak cocok untuk perempuan Jawa, karena watak orang jawa dan sunda memang berbeda, kalau dipaksakan menikah maka pasangan yg berasal dari jawa akan tertindas dan tersiksa, ini karena karakter orang jawa yang nrimo, mengalah, diam dan mau prihatin lalu ketika dipertemukan dengan orang sunda yang berkarakter suka mendominanisasi, penuntut, matre maka akan sangat mudah terjadi perceraian, perempuan sunda lebih menyukai lelaki jawa daripada lelaki sunda dikarenakan sikap giatnya dalam bekerja dan tidak pelit dalam hal menafkahi, sehingga harta akan lebih banyak mengalir ke keluarga perempuan, yg mengakibatkan pemborosan dan kemiskinan. Sebaliknya, jika perempuan jawa menikah dengan lelaki sunda, maka sifat nrimo, sabar dan mengalah perempuan jawa akan dimanfaatkan oleh pihak lelaki sunda yg malas bekerja namun penuntut dan keluarga lelaki sunda pun akan lebih mudah untuk mendominanisasi, mendikte keluarga anaknya/adiknya yang sunda."
Bila kita melihat pendapat yang satu ini, kelihatannya perempuan Sunda itu memiliki sifat yang matre, dan lelaki Sunda memiliki sifat pemalas juga keras. Dan ketika Suku Sunda dan Jawa dipasangkan, maka lebih mudah akan terjadinya perceraian dala pernikahannya.
"Lelaki Sunda tidak cocok untuk perempuan Jawa, karena watak orang jawa dan sunda memang berbeda, kalau dipaksakan menikah maka pasangan yg berasal dari jawa akan tertindas dan tersiksa, ini karena karakter orang jawa yang nrimo, mengalah, diam dan mau prihatin lalu ketika dipertemukan dengan orang sunda yang berkarakter suka mendominanisasi, penuntut, matre maka akan sangat mudah terjadi perceraian, perempuan sunda lebih menyukai lelaki jawa daripada lelaki sunda dikarenakan sikap giatnya dalam bekerja dan tidak pelit dalam hal menafkahi, sehingga harta akan lebih banyak mengalir ke keluarga perempuan, yg mengakibatkan pemborosan dan kemiskinan. Sebaliknya, jika perempuan jawa menikah dengan lelaki sunda, maka sifat nrimo, sabar dan mengalah perempuan jawa akan dimanfaatkan oleh pihak lelaki sunda yg malas bekerja namun penuntut dan keluarga lelaki sunda pun akan lebih mudah untuk mendominanisasi, mendikte keluarga anaknya/adiknya yang sunda."
Bila kita melihat pendapat yang satu ini, kelihatannya perempuan Sunda itu memiliki sifat yang matre, dan lelaki Sunda memiliki sifat pemalas juga keras. Dan ketika Suku Sunda dan Jawa dipasangkan, maka lebih mudah akan terjadinya perceraian dala pernikahannya.
Menurut
saya tak perlu Jawa Sunda, sesama Jawa atau sesama Sunda juga pasti bertemu
masalah besar.. Masalah cerai, sepertinya itu tergantung bagaimana kita
menjalani sebuah rumah tangga ya, kalau memang salah satu atau keduanya
mewarisi kebiasaan kawin cerai, tak bisa menghargai kesetiaan, perilaku jelek,
pengkhianat dan serakah , yaa… cerai adalah solusi yang hampir pasti dipilih
setiap kali bertemu masalah.
Banyak dari para orangtua Jawa atau Sunda yang melarang pernikahan terkait hal ini karena mitos itu tadi. Yaa lagi-lagi mitos,, itulah kenapa kita perlu memperhatikan logika untuk membebaskan diri dari ajaran-ajaran buruk dan pola pikir tak masuk akal yang diwariskan orang tua yang punya pandangan seperti itu.
Banyak dari para orangtua Jawa atau Sunda yang melarang pernikahan terkait hal ini karena mitos itu tadi. Yaa lagi-lagi mitos,, itulah kenapa kita perlu memperhatikan logika untuk membebaskan diri dari ajaran-ajaran buruk dan pola pikir tak masuk akal yang diwariskan orang tua yang punya pandangan seperti itu.
Ada
1 cerita yaitu Perang Bubat yang mungkin
melatar belakangi hal ini. Berikut cerita singkatnya:
Perang Bubat
Peristiwa Perang Bubat diawali dari niat Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Negeri Sunda.
Menurut catatan sejarah Pajajaran oleh Saleh Danasasmita serta Naskah Perang Bubat oleh Yoseph Iskandar, niat pernikahan itu adalah untuk mempererat tali persaudaraan yang telah lama putus antara Majapahit dan Sunda. Raden Wijaya yang menjadi pendiri kerajaan Majapahit dianggap keturunan Sunda dari Dyah Lembu Tal dan suaminya yaitu Rakeyan Jayadarma, raja kerajaan Sunda. Hal ini juga tercatat dalam Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara parwa II sarga 3. Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut pula dengan nama Jaka Susuruh dari Pajajaran. Meskipun demikian, catatan sejarah Pajajaran tersebut dianggap lemah kebenarannya, terutama karena nama Dyah Lembu Tal adalah nama laki-laki.
Alasan umum yang dapat diterima adalah Hayam Wuruk memang berniat memperistri Dyah Pitaloka dengan didorong alasan politik, yaitu untuk mengikat persekutuan dengan Negeri Sunda. Atas restu dari keluarga kerajaan Majapahit, Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Maharaja Linggabuana untuk melamar Dyah Pitaloka. Upacara pernikahan rencananya akan dilangsungkan di Majapahit. Pihak dewan kerajaan Negeri Sunda sendiri sebenarnya keberatan, terutama Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati. Ini karena menurut adat yang berlaku di Nusantara pada saat itu, tidak lazim pihak pengantin perempuan datang kepada pihak pengantin lelaki. Selain itu ada dugaan bahwa hal tersebut adalah jebakan diplomatik Majapahit yang saat itu sedang melebarkan kekuasaannya, diantaranya dengan cara menguasai Kerajaan Dompu di Nusa Tenggara. Linggabuana memutuskan untuk tetap berangkat ke Majapahit, karena rasa persaudaraan yang sudah ada dari garis leluhur dua negara tersebut. Linggabuana berangkat bersama rombongan Sunda ke Majapahit dan diterima serta ditempatkan di Pesanggrahan Bubat.
Perang Bubat
Peristiwa Perang Bubat diawali dari niat Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Negeri Sunda.
Menurut catatan sejarah Pajajaran oleh Saleh Danasasmita serta Naskah Perang Bubat oleh Yoseph Iskandar, niat pernikahan itu adalah untuk mempererat tali persaudaraan yang telah lama putus antara Majapahit dan Sunda. Raden Wijaya yang menjadi pendiri kerajaan Majapahit dianggap keturunan Sunda dari Dyah Lembu Tal dan suaminya yaitu Rakeyan Jayadarma, raja kerajaan Sunda. Hal ini juga tercatat dalam Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara parwa II sarga 3. Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut pula dengan nama Jaka Susuruh dari Pajajaran. Meskipun demikian, catatan sejarah Pajajaran tersebut dianggap lemah kebenarannya, terutama karena nama Dyah Lembu Tal adalah nama laki-laki.
Alasan umum yang dapat diterima adalah Hayam Wuruk memang berniat memperistri Dyah Pitaloka dengan didorong alasan politik, yaitu untuk mengikat persekutuan dengan Negeri Sunda. Atas restu dari keluarga kerajaan Majapahit, Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Maharaja Linggabuana untuk melamar Dyah Pitaloka. Upacara pernikahan rencananya akan dilangsungkan di Majapahit. Pihak dewan kerajaan Negeri Sunda sendiri sebenarnya keberatan, terutama Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati. Ini karena menurut adat yang berlaku di Nusantara pada saat itu, tidak lazim pihak pengantin perempuan datang kepada pihak pengantin lelaki. Selain itu ada dugaan bahwa hal tersebut adalah jebakan diplomatik Majapahit yang saat itu sedang melebarkan kekuasaannya, diantaranya dengan cara menguasai Kerajaan Dompu di Nusa Tenggara. Linggabuana memutuskan untuk tetap berangkat ke Majapahit, karena rasa persaudaraan yang sudah ada dari garis leluhur dua negara tersebut. Linggabuana berangkat bersama rombongan Sunda ke Majapahit dan diterima serta ditempatkan di Pesanggrahan Bubat.
Kesalah-Pahaman
Raja
Sunda datang ke Bubat beserta permaisuri dan putri Dyah Pitaloka dengan
diiringi sedikit prajurit. Menurut Kidung Sundayana,timbul niat Mahapatih Gajah
Mada untuk menguasai Kerajaan Sunda. Gajah Mada ingin memenuhi Sumpah Palapa
yang dibuatnya pada masa sebelum Hayam Wuruk naik tahta, sebab dari berbagai
kerajaan di Nusantara yang sudah ditaklukkan Majapahit, hanya kerajaan Sunda
lah yang belum dikuasai. Dengan maksud tersebut, Gajah Mada membuat alasan
untuk menganggap bahwa kedatangan rombongan Sunda di Pesanggrahan Bubat adalah
bentuk penyerahan diri Kerajaan Sunda kepada Majapahit. Gajah Mada mendesak
Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka bukan sebagai pengantin, tetapi
sebagai tanda takluk Negeri Sunda dan pengakuan superioritas Majapahit atas
Sunda di Nusantara. Hayam Wuruk sendiri disebutkan bimbang atas permasalahan
tersebut, mengingat Gajah Mada adalah Mahapatih yang diandalkan Majapahit pada
saat itu.
Gugurnya Rombongan Sunda
Kemudian
terjadi insiden perselisihan antara utusan Linggabuana dengan Gajah Mada.
Perselisihan ini diakhiri dengan dimaki-makinya Gajah Mada oleh utusan Negeri
Sunda yang terkejut bahwa kedatangan mereka hanya untuk memberikan tanda takluk
dan mengakui superioritas Majapahit, bukan karena undangan sebelumnya. Namun
Gajah Mada tetap dalam posisi semula. Belum lagi Hayam Wuruk memberikan
putusannya, Gajah Mada sudah mengerahkan pasukannya (Bhayangkara) ke
Pesanggrahan Bubat dan mengancam Linggabuana untuk mengakui superioritas
Majapahit. Demi mempertahankan kehormatan sebagai ksatria Sunda, Linggabuana menolak
tekanan itu. Terjadilah peperangan yang tidak seimbang antara Gajah Mada dengan
pasukannya yang berjumlah besar, melawan Linggabuana dengan pasukan pengawal
kerajaan (Balamati) yang berjumlah kecil. Peristiwa itu berakhir dengan
gugurnya Linggabuana, para menteri, pejabat kerajaan beserta segenap keluarga
kerajaan Sunda. Tradisi menyebutkan sang Putri Dyah Pitaloka dengan hati
berduka melakukan bela pati, bunuh diri untuk membela kehormatan bangsa dan
negaranya. Tindakan ini mungkin diikuti oleh segenap perempuan-perempuan Sunda
yang masih tersisa, baik bangsawan ataupun abdi.

Akibat
Tradisi
menyebutkan bahwa Hayam Wuruk meratapi kematian Dyah Pitaloka. Hayam Wuruk
menyesalkan tindakan ini dan mengirimkan utusan (darmadyaksa) dari Bali - yang
saat itu berada di Majapahit untuk menyaksikan pernikahan antara Hayam Wuruk
dan Dyah Pitaloka - untuk menyampaikan permohonan maaf kepada Mangkubumi Hyang
Bunisora Suradipati yang menjadi pejabat sementara raja Negeri Sunda, serta
menyampaikan bahwa semua peristiwa ini akan dimuat dalam Kidung Sunda atau
Kidung Sundayana (di Bali dikenal sebagai Geguritan Sunda) agar diambil
hikmahnya. Raja Hayam Wuruk kemudian menikahi sepupunya sendiri, Paduka Sori.
Akibat peristiwa Bubat ini, dikatakan dalam catatan tersebut bahwa hubungan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada menjadi renggang..Peristiwa yang penuh kemalangan ini pun menandai mulai turunnya karier Gajah Mada, karena kemudian Hayam Wuruk menganugerahinya tanah perdikan di Madakaripura (kini Probolinggo).
Tragedi ini merusak hubungan kenegaraan antar kedua negara dan terus berlangsung hingga bertahun-tahun kemudian, hubungan Sunda-Majapahit tidak pernah pulih seperti sedia kala. Akibat peristiwa ini pula, di kalangan kerabat Negeri Sunda diberlakukan peraturan larangan estri ti luaran, yang isinya diantaranya tidak boleh menikah dari luar lingkungan kerabat Sunda, atau sebagian lagi mengatakan tidak boleh menikah dengan pihak Majapahit. Peraturan ini kemudian ditafsirkan lebih luas sebagai larangan bagi orang Sunda untuk menikahi orang Jawa.
Tindakan keberanian dan keperwiraan Raja Sunda dan putri Dyah Pitaloka untuk melakukan tindakan bela pati (berani mati) dihormati dan dimuliakan oleh rakyat Sunda dan dianggap sebagai teladan. Raja Lingga Buana dijuluki "Prabu Wangi" (bahasa Sunda: raja yang harum namanya) karena kepahlawanannya membela harga diri negaranya. Keturunannya, raja-raja Sunda kemudian dijuluki Siliwangi yang berasal dari kata Silih Wangi yang berarti pengganti, pewaris atau penerus Prabu Wangi.
Beberapa reaksi tersebut mencerminkan kekecewaan dan kemarahan masyarakat Sunda kepada Majapahit, sebuah sentimen yang kemudian berkembang menjadi semacam rasa persaingan dan permusuhan antara suku Sunda dan Jawa yang dalam beberapa hal masih tersisa hingga kini. Antara lain, tidak seperti kota-kota lain di Indonesia, di kota Bandung, ibu kota Jawa Barat sekaligus pusat budaya Sunda, tidak ditemukan jalan bernama "Gajah Mada" atau "Majapahit". Meskipun Gajah Mada dianggap sebagai tokoh pahlawan nasional Indonesia, kebanyakan rakyat Sunda menganggapnya tidak pantas akibat tindakannya yang dianggap tidak terpuji dalam tragedi ini.
Hal yang menarik antara lain, meskipun Bali sering kali dianggap sebagai pewaris kebudayaan Majapahit, masyarakat Bali sepertinya cenderung berpihak kepada kerajaan Sunda dalam hal ini, seperti terbukti dalam naskah Bali Kidung Sunda.
Akibat peristiwa Bubat ini, dikatakan dalam catatan tersebut bahwa hubungan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada menjadi renggang..Peristiwa yang penuh kemalangan ini pun menandai mulai turunnya karier Gajah Mada, karena kemudian Hayam Wuruk menganugerahinya tanah perdikan di Madakaripura (kini Probolinggo).
Tragedi ini merusak hubungan kenegaraan antar kedua negara dan terus berlangsung hingga bertahun-tahun kemudian, hubungan Sunda-Majapahit tidak pernah pulih seperti sedia kala. Akibat peristiwa ini pula, di kalangan kerabat Negeri Sunda diberlakukan peraturan larangan estri ti luaran, yang isinya diantaranya tidak boleh menikah dari luar lingkungan kerabat Sunda, atau sebagian lagi mengatakan tidak boleh menikah dengan pihak Majapahit. Peraturan ini kemudian ditafsirkan lebih luas sebagai larangan bagi orang Sunda untuk menikahi orang Jawa.
Tindakan keberanian dan keperwiraan Raja Sunda dan putri Dyah Pitaloka untuk melakukan tindakan bela pati (berani mati) dihormati dan dimuliakan oleh rakyat Sunda dan dianggap sebagai teladan. Raja Lingga Buana dijuluki "Prabu Wangi" (bahasa Sunda: raja yang harum namanya) karena kepahlawanannya membela harga diri negaranya. Keturunannya, raja-raja Sunda kemudian dijuluki Siliwangi yang berasal dari kata Silih Wangi yang berarti pengganti, pewaris atau penerus Prabu Wangi.
Beberapa reaksi tersebut mencerminkan kekecewaan dan kemarahan masyarakat Sunda kepada Majapahit, sebuah sentimen yang kemudian berkembang menjadi semacam rasa persaingan dan permusuhan antara suku Sunda dan Jawa yang dalam beberapa hal masih tersisa hingga kini. Antara lain, tidak seperti kota-kota lain di Indonesia, di kota Bandung, ibu kota Jawa Barat sekaligus pusat budaya Sunda, tidak ditemukan jalan bernama "Gajah Mada" atau "Majapahit". Meskipun Gajah Mada dianggap sebagai tokoh pahlawan nasional Indonesia, kebanyakan rakyat Sunda menganggapnya tidak pantas akibat tindakannya yang dianggap tidak terpuji dalam tragedi ini.
Hal yang menarik antara lain, meskipun Bali sering kali dianggap sebagai pewaris kebudayaan Majapahit, masyarakat Bali sepertinya cenderung berpihak kepada kerajaan Sunda dalam hal ini, seperti terbukti dalam naskah Bali Kidung Sunda.
Menurut
saya, tidak ada korelasinya antara sejarah dengan alasan pelarangan tersebut
yang beredar pada masa kini, dengan alasan takut terjadinya peperangan seperti
perang bubat zaman dulu.
Jika kita melihat dalam Hadist, “Perempuan itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, atau karena agamanya. Pilihlah berdasarkan agamanya agar engkau beruntung”. (HR. Bukhari dan Muslim)
“…, sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga)”. (Q.S. An-Nur:26)
Islam adalah agama yang berdasarkan ittiba’ (mengikuti berdasarkan dalil) bukan ibtida’ (mengada-adakan sesuatu tanpa dalil) dan Rasulullah SAW telah berusaha menjaganya dari sikap yang berlebih-lebihan dan mengada-ada.
Jadi menurut saya, sifat jelek dalam diri seseorang itu tidak tergantung pada ras nya, melainkan pada akhlak yang dipunyai setiap manusia. Perihal jodoh sama sekali tidak terkait dengan Suku atau Ras. Setiap manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan, tergantung bagaimana kita bisa menutupi kekurangan tersebut menjadi suatu kelebihan. Begitupun terhadap pasangan, bagaimana kita bisa menerima dan saling melengkapi satu sama lain untuk tetap menjaga sebuah komitmen.
Jika kita melihat dalam Hadist, “Perempuan itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, atau karena agamanya. Pilihlah berdasarkan agamanya agar engkau beruntung”. (HR. Bukhari dan Muslim)
“…, sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga)”. (Q.S. An-Nur:26)
Islam adalah agama yang berdasarkan ittiba’ (mengikuti berdasarkan dalil) bukan ibtida’ (mengada-adakan sesuatu tanpa dalil) dan Rasulullah SAW telah berusaha menjaganya dari sikap yang berlebih-lebihan dan mengada-ada.
Jadi menurut saya, sifat jelek dalam diri seseorang itu tidak tergantung pada ras nya, melainkan pada akhlak yang dipunyai setiap manusia. Perihal jodoh sama sekali tidak terkait dengan Suku atau Ras. Setiap manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan, tergantung bagaimana kita bisa menutupi kekurangan tersebut menjadi suatu kelebihan. Begitupun terhadap pasangan, bagaimana kita bisa menerima dan saling melengkapi satu sama lain untuk tetap menjaga sebuah komitmen.
Maaf ya jika ada yang tidak berkenan
dengan tulisan diatas :-)
Semoga bermanfaat..... ^_^
Semoga bermanfaat..... ^_^
41 komentar:
Berdasarkan pengalaman saya sebagai orang bandung asli yang sudah 7 tahun tinggal di Jawa Timur, sepertinya perihal perang bubat memang memiliki pengaruh yang cukup besar dikalangan sosial suku Sunda maupun Jawa, Tapi untuk permasalahan JODOH... tu tergantung diri sendiri.... ya toh...Nya teu...
Ga semua orang sunda begitu,,, begitu pula sebaliknya...karena kita satu Nusa.. yaitu Indonesia
berpegang teguh pd aturan agama,itu kuncinya.selamat Dunia danAkhirat.lakukan tugasmu sbg istri dan lakukan tugasmu sbg suami.sepanjang hidup manusia adalah belajar utk lebih baik
Iya, semuanya memang tergantung dari kepribadian masing2.., memang seharusnya tidak ada sangkut pautnya dengan suku yg dimiliki.
Saya hanya berbagi latar belakang sejarahnya..,
memang benar, masalah jodoh, itu tergantung dari diri sendiri, bukan tergantung berdasarkan suku.. :)
wah mitos ini lagi :D
dulu pernah saya tulis juga di blog saya, tapi gak seluas catatan mbak Dini
saya tulis disini > Mitos Sunda Jawa
Salam Kenal..
Semoga org yg memiliki presepsi yg salah
Mengenai permasalahan antara suku sunda dan jawa segera sadar dan tau bahwa selama ini mereka salah #sayapriajawa
Ternyata ada faktor historisnya juga, kirain cuma faktor geografis aja... masukan aja, yang bilang salah belum tentu salah--yang bilang benar juga belum tentu semuanya benar... tapi terkadang faktor historis akan menjadi sebuah paradigma yang sesekali bisa muncul menjadi sebuah fakta... Contoh: Apa yang Anda pikirkan tentang Malaysia?? saya yakin lebih dari 80% orang indonesia akan berfikiran negatif ttng negara tsb... jadi faktor histori bisa saja muncul menjadi sebuah watak... :)
Q jawa dari Lamongan, sudah 3 thn punya pcr cwek orng sunda , mhon doa restunya
sedih ya kalo masih ada yang berfikir orang sunda boros dan matre, bukannya karakter seseorang itu berbeda2.
awal oktober aku juga harus berpisah krn aku asal sunda, padahal slm hubungan aku ga pernah brantem, kami saling menyayangi dan berencana menikah. tp krn ibunya dia kolot, dan dia sangat berbakti, aku harus rela sakit sampai sekarang. :(
uh abdi asal ti bogor, pernah sih denger denger larangan urang sunda nikah sama orang jawa dari orang tua dulu. dan memang banyak artikel yang menyudutkan orang sunda, artikel nya bermanfaat dan nyoba ngelurusin apa yang udah ada dan melekat di hati kedua pihak. satu lagi ya, urang sunda mah apa adanya ajamkaya kata2 "sok atuh" "teu kunanaon urang mah, anjen wae tiheula" "ulah nemen teuing, pamali" sama family is number one, kekeluargaan banget:)
Halo mbak, sumpah, aku suka sekali postinganmu yang satu ini :)
Hidup JAWA hidup SUNDA .
Aduh hatur nuhun teteh.pas pisan abi korban mitos iyeu.smpe abi ggl nikah gara2 mitos iyeu.npi ayna abi msih nyri hate
Like mba postingan nya lengkap memang tergantung yang menjalani na berbagai macam suku indonesia tetap satu indonesia masalah jodoh baik sunda jawa lampung kalo itu memang jodoh kita mau tak mau harus diterima..banyak juga yang sesama jawa sesama sunda tak bertahan lama juga..karna memang sudah ditakdirkan oleh sang pencipta hanya sebatas itu perjalanan berkeluarganya..jangan takut untuk memiliki baik istri/suami berbeda suku..OKE..
Mari kita eratkan jalinan silaturahmi antara jawa-sunda karena kedua suku ini punya kekuatan menjadikan Indonesia sbg bangsa besar maju dan bermartabat sekaligus menjadi tauladan bagi suku suku lain di nusantara ini , jgn biarkan pihak-pihak yg tidak bertanggung jawab merusak rasa persatuan bangsa yg berdampak disintegrasi bangsa, mari kita kuatkan lagi ketahanan nasional kita...salam damai dr saya pria jawa yg mencintai gadis sunda
dan sekarang saya mau nikah dengan pria jawa harus pake kalender jawa, padahal aku udah pake kalender Hijriah.. jadi memang sampai saat ini masih terasa perbedaan adatnya..
Aku org jawa punya cowok org sunda udh hampir 2th menjalani hubungan. Memang sifat org sunda berbeda sma org jawa. Tp cowok ku org sunda dia masih mau bekerja keras buat makan kita berdua setiap hari meskipun malas buat bangun mungkin itu dia kecapekan jadi setiap hari aku bangunin dia. Org sunda pergaulannya bebas tergantung org nya bisa nahan hawa napsu apa tidak. Klau di jawa jam9 mlm itu udh larut tp klo di sunda mgkin masih sore dan jam 12 mlm baru di anggap larut. Aku yg biasa di rumah orangtua jam9 udh di suruh pulang klo di kost sma cwoku jam 11/12 mlm bru pulang kerja. Tiap ada kuliah pagi mas pasti telat gr2 plg mlm. Aku yg selalu ngalahin buat bangunin dia biar masuk kuliah meskipun telat. Tepat hari ini 9july 2015 cowoku pulang bogor udh 4hari. Sblm nya dia pernah janji bakal slalu ngabarin aku tp kenyataan 2hari gak kasih kabar aku sempet berfikir apa yg di mitoskan benar. Tp klo lg deket pikiran itu seakan hilang ga pernah muncul. Tiap dia bikin janji pasti diingkar. Smpe aku sakit skrg dia gak tau n gakbperduli. Dia egois mentingin dirisendiri klo udh pulang seakan2 bebas mau kemana n maen sma sapa aja gakbkasih kabar. Pdhl aku gakbpernah namanya ngelarang buat maen yg penting kasih kabar n tau waktu itu udh cukup buat aku. 2hari cma terbaring di kasur ga chatingan sma siapapun krna contact temenn2ku dihapus cma beberapa org yg dia kenal jd boleh save. Tolong kasih saran aku harus kyk gimana. AKu gak pernah curhat baru kali ini aku nulis jd maaf klo ada kata2 yg kebanyakan diulang atau gimana.
Aku org jawa punya cowok org sunda udh hampir 2th menjalani hubungan. Memang sifat org sunda berbeda sma org jawa. Tp cowok ku org sunda dia masih mau bekerja keras buat makan kita berdua setiap hari meskipun malas buat bangun mungkin itu dia kecapekan jadi setiap hari aku bangunin dia. Org sunda pergaulannya bebas tergantung org nya bisa nahan hawa napsu apa tidak. Klau di jawa jam9 mlm itu udh larut tp klo di sunda mgkin masih sore dan jam 12 mlm baru di anggap larut. Aku yg biasa di rumah orangtua jam9 udh di suruh pulang klo di kost sma cwoku jam 11/12 mlm bru pulang kerja. Tiap ada kuliah pagi mas pasti telat gr2 plg mlm. Aku yg selalu ngalahin buat bangunin dia biar masuk kuliah meskipun telat. Tepat hari ini 9july 2015 cowoku pulang bogor udh 4hari. Sblm nya dia pernah janji bakal slalu ngabarin aku tp kenyataan 2hari gak kasih kabar aku sempet berfikir apa yg di mitoskan benar. Tp klo lg deket pikiran itu seakan hilang ga pernah muncul. Tiap dia bikin janji pasti diingkar. Smpe aku sakit skrg dia gak tau n gakbperduli. Dia egois mentingin dirisendiri klo udh pulang seakan2 bebas mau kemana n maen sma sapa aja gakbkasih kabar. Pdhl aku gakbpernah namanya ngelarang buat maen yg penting kasih kabar n tau waktu itu udh cukup buat aku. 2hari cma terbaring di kasur ga chatingan sma siapapun krna contact temenn2ku dihapus cma beberapa org yg dia kenal jd boleh save. Tolong kasih saran aku harus kyk gimana. AKu gak pernah curhat baru kali ini aku nulis jd maaf klo ada kata2 yg kebanyakan diulang atau gimana.
Istri saya orang sunda. Saya asli jawa timur. Istri sy sangat baik, rajin, patuh, ga pernah rewel soal materi. Dan tentunya cantik. Alhamdulillah keluarga saya sendiri tidak ada seorang pun yang berpandangan aneh. Kedua orang tua sy memang indonesia banget. Menantunya dan saudara saudaranya dr berbagai etnis. Ada dr madura, batak, dayak, tionghoa bahkan ada yang dr Ambon. Tidak pernah ada masalah soal etnis. Malah kami lbh bahagia karena kalau saling berkunjung budayanya asyik semua. Hidup Indonesia...
calon istri saya sunda brentem mah biasa plg bntar mau sunda mau ja wa podo wae lah sami wae tergantung gimana ngjalaninya aj gak usah terlalu larut sama sejarah, boleh di kenang tapi jangan sampek jadi pemicu perpecahan.
matur suwon
hatur nuhun
Wilujeung sumping, abdi org sunda nu ti banten.
Sya punya istri org jawa tengah alhamdulilah sampai skrg masih, baru menginjak 3 thn. Watak, sifat & karakter itu ada pda diri masing2. Tak perlu ragu hanya karna tkut pda sesuatu. Hanya perlu meluruskan sja. Yg benar bilang benar yg slah di nasehati. Itulah tanggung jawab suami tdk perlu ragu pya istri jwa. Bukankah allah sudah menetapkan pda stiap umat (lelaki) harus membimbing (istrinya) karna itu adlah tanggung jawabnya(suami) entah dari jawa/sunda prinsip se org suami pya tanggung jawab. Istri jga sma bkan hanya kaum lelaki saja. Dlam arti bergotong royong menjalani hdup bersma. Sterus nya hanya ada pda dri masing2.
ya itu berdampak pada hubungan antar karyawan di tempat saya bekerja.
disini mayoritas orang jawa timur. sehingga setiap hari ocehan2 has orang jawa tak luput dari pendengaran saya. hingga pada suatu waktu pernah terjadi perselisihan antara teman saya yg orang sunda dengan mereka yg orang jawa. penyebabnya ialah karena teman saya yg orang sunda saat itu mungkin sudah mencapai batas kesabarannya. bayangkan selama betahun2 mereka harus mendengar ocehan mereka orang jawa yg suka meninggikan derajat mereka dan merendahkan kita yg orang sunda(sebenarnya yg orang betawi juga, tp mungkin krn yg orang betawi hanya sendiri jd lebih banyak membuat guyonan tentang org sunda). mreka mengklaim mreka berasal dari kutit dan kami yg sunda dari desit(ucapan khas dia saat bilang kota dan desa) ntahlah, padahal si provokator memiliki istri orang sunda. dan yg saya tau istrinya itu baik, dan sopan khas orang sunda, tapi tetap ga membuatnya luput dari sifat buruk si provokator itu.
saya kerja dari tahun2013, teman saya lebih awal beberapa tahun dari saya.
setelah puncak dari konflik itu terjadi akhirnya mereka tidak lagi berani terang2an merendahkan orang sunda. namun jika didepan saya mereka sedikit berani karena saya dikenal netral tidak pernah membela satu pihak. dan itu berlanjut hingga sekarang. ntah kapan akan brakhir pemikiran2 kolot seperti itu. apa faktor usia juga mempengaruhi?
soalnya si provokator memang sudah berumur dan karyawawan lain mayoritas berumur 25-30.
padahal hidup rukun dan saling menghargai itu sangat indah menurut saya.
semoga generasi muda sudah tidak lagi terpengaruh pikiran2 kolot seperti itu dan lebih menjunjung bhineka tunggal ika.
karena kita tau ada peribahasa "Bersatu kita teguh, Bercerai kita runtuh".
bersama2 kita bisa memajukan Negara kita yg kaya akan budaya.
Saya wanita jawa, pacar saya sunda. Kita juga lagi bimbang soal mitos kaya gini. Sampe ada yg ramal katanya orgtua saya gak akan setuju, katanya hubungan kita terlalu berat. Tapi kita sudah terlanjur sama2 nyaman. Dan akhirnya kita jalani apa adanya, selalu berdoa percaya kepadaNya semoga kita ditakdirkan untuk bersama. Meskipun mitos ini selalu menghantui��
Saya wanita jawa, pacar saya org sunda. Kita juga lagi bimbang soal mitos ini, sampe ada yg ramal katanya orgtua saya gak akan setuju, hubungan kita terlalu berat. Akhirnya kita jalanin dulu aja semuanya, berdoa kepada tuhan agar kita ditakdirkan bersama, meskipun mitos ini selalu menghantui kita 😢
sbg orang Islam, kita harus bisa mematahkan mitos2 ini :D
Keren ih si teteh postingana....sebenarnya masih suka ada sih sedikit perselisihan, rasa sentimen dari kedua ras sunda dan jawa masih suka ada contohnya ditempat kerja saya, tapi ga sampai dibesar-besarkan sih, ingat kita itu satu bangsa dan negara..mau orang sunda atau jawa kita semua anak indonesia :)
Semua hanya mitos tapi terkadang dikehidupan ada benarnya,semua tergantung katanya saja. Kunpayakun saja saya mah yang penting kita ikhtiar dan selalu berusaha yang terbaik
Saat ini saya sedang mengalaminya. Saya harus ikhlas mninggalkan orang yg sy cintai, karena orang tuanya tdk merestui anaknya menikah dgn org sunda. Mohon doanya, semoga saya selalu dikuatkan.
Saat ini saya sedang mengalaminya. Saya harus rela meninggalkan pria yg saya cintai karena orang tuanya tidak merestui. Ya karna perbedaan suku itu.. saya sunda dan dia ada turunan jawa meskipun tdk lahir di jawa.
Mohon doanya agar saya selalu dikuatkan .
Saya cwe sunda bandung dinikahi cwo jawa surabaya ya meski dari pihak keluarga kurang setuju tatapi kita tetap maju sampai pelaminan dan berusaha membuktikan pada keluarga bahwa perbedaan suku bukan penghalang sebuah hubungan, akhirnya ya awet sampai saat ini, malahan temen2 yang menikah sesama suku banyak yang bercerai...
Aku Cwok Sunda
Dan korban dari persepsi perang bubat,
Tersisihkan hanya karena suku,
Untuk semua yg memiliki persepsi kaya gitu, mohon diganti cara berpikirnya,,
Saran saya "sebaiknya kita membudayakan Islam,bukan mengislamkan budaya"
Kebetulan saya dan cewek Jawa sama2 beraga Islam
Sifat itu bergantung pad pribadi individunya, sifat selama ini disebut² hanya pengalaman dari beberapa orang saja, namun menjadi isu yg besar dan terkenal. Masalah pernikahan, maupun adat yg digunakan itu, dapat dikombinasikan, sesuai dengan kesepakatan pihak keluarga/mempelai, dan untuk mendapatkan kesepakatan tadi harus ada keadilan, artinya tidak ada pihak yang mendominasi ataupun mendoktrin, dsb.
Kalau dilihat dari sudut pandang psikologi, tentu pasangan jawa dan sunda kurang cocok, mengapa? Karna terlalu banyak perbedaan, baik dari budaya, sosial ekonomi, adat istiadat, dsb. Lagipula psikologi memandang bahwa untuk mendapatkan pasangan ideal adalah dengan mencari kesamaan, singkatnya agar lebih nyambung kalau ngobrol, diskusi, dsb. Tapi kalau jodoh tidak kemana.. :)
dan sekarang berpacaran dengan pria sunda..
Postinganya kereennn,, sy orang netral dri bogor
Mantaapp mba postingannya,, smoga menjadi manfaat bagi kita semua, dn smoga ksalah pahaman tentang mitos trsebut trselesaikan,,
Salam sy erwin Bogor,, yg punya pacar orang jawaa :D
Saya cwe jawa dan saya punya psngan cwo sunda,
Hub kita baik2 saja sampai skrg, hanya terganjal restu dri sang nenek (pengganti ortu) yg percaya akan mitos tersebut.
Saat ini kami sedng mencari cara untuk menjlskan bahwa itu hanya mitos.
Kalo dr kalian ada yg bernasib sama dan sudah mndptkan restu ato mash di posisi sprt sya, bisa tolong share langkah sprt apa yg hrus diambil.
Thx
Saya orang Jawa nikah dengan gadis Sunda, tidak ada masalah. Awalnya memang ada segelintir keluarga yg menentang tapi ketika saya minta ditunjukan alasannya tidak ada yg bisa menjawab. Pernikahan kami sudah menghasilkan seorang anak lelaki yg cakep..
mantap artikelnya,, ijin nyimak, dan semoga menambah wawasa. salam
Jual Furniture Minimalis Modern
itriku orang sunda aku orang jawa tapi okey gk ada masalah kami hidup bahagia,skrng aku & istriku serta kedua anakku menetap di jkrt, semua tergantung diri kita sendiri
itriku orang sunda aku orang jawa tapi okey gk ada masalah kami hidup bahagia,skrng aku & istriku serta kedua anakku menetap di jkrt, semua tergantung diri kita sendiri
Posting Komentar