Selasa, 08 Mei 2012

Intelektual Minus Pemikir Kritis


Intelektual Minus Pemikir Kritis

Mahasiswa merupakan identitas ‘jabatan’ sekaligus status  yang diinterprestasikan sebagian  orang sebagai  pelajar yang luar biasa dan ‘wah’.  Menjadi kebanggan tersendiri bagi calon mahasiswa  yang telah lulus mengenyam pendidikan Sekolah Mengenah Atas(SMA), terlebih kepada pelajar yang akan melanjutkan perguruan tinggi dengan  beragam embel-embel dan gaung prestasi( PTN/PTS) )ternama dinegeri ini yang mencetak berbagai lulusan terbaik, Tentunyadengan kiprah tersebut, secara langsung menarik minat para orangtua murid untuk melanjutkan pendidikan anak-anak mereka,  dengan  sebuah harapan dan impian yang tingi.

Memasuki dunia kampus, tentu saja memiliki kesan tersendiri bagi mereka yang baru menginjakkan kaki, terlebih lagi para penyandang status mahasiswa. Sangat jelas bisa di perhatikan keseharian mahasiswa di beberapa perguruan tinggi.
Kepercayaan diri yang tinggi(self confidence) pun menjadi  nuansa hidup yang dimiliki oleh personal mahasiswa itu sendiri. Daya kritis dan nalar yang tinggi selalu diimpikan  dan harus ditumbuh kembangkan oleh insan intelektual ini. Tak sedikit  mahasiswa yang me-latah-kan diri dengan situasi kampus yang dinamis dan progresif.
Mencari jati diri sebenarnya dengan berbagai aktivitas organisasi baik internal maupun eksternal kampus. Tentu dengan output melahirkan sosok kepribadian yang cekatan, responbility yang kuat  dan tanggap dengan pelbagi permasalahan sosial yang krusial.
Menapaki sepak terjang mahasiswa, tentu berbeda-beda sesuai dengan minat dan bakat mereka. Tak khayal ingin membangun citra diri . Dengan berbagai jalur alur  pemikiran   preventif yang matang dan mantap.
Mungkin salah satu contoh realnya yang bisa kita amati bersama  yaitu mahasiswa yang  mengikuti rekam jejak sang senior  atau teman sejawatan yang sering melakukan aksi atau berkoar-koar didepan “rumah rakyat” maupun fasilitas umum.
Tentu saja keikutsertaan mahasiswa yang akan menjadi calon mahasiswa tulen alias aktivis tersebut adalah ingin menggapai eksistensi atau sekadar  popular, bahkan  hal tersebut dilakukan untuk menanggulangi label mahasiswa sebagai agent of change dan agent of control social .
Dengan ‘menumpangi’  pemikiran mahasiswa lain yang memang betul-betul kritis tanpa harus ikut-ikutan, melainkan  kesadaran yang tinggi serta kepedulian terhadap situasi dan kondisi negara saat ini, setidaknya bisa menjadi “kendaraan” yang efektif dan efesien bagi mahasiswa bersangkutan.
Mungkin  sebagaian dari kita menilai  sah-sah saja , karena selama ini membangkitkan kesadaran mahasiswa bermula dari keikutsertaan, bukan hanya sekadar teori  dari buku dan menunggu sampai mahasiswa bersangkutan benar-benar memiliki  kesadaran yang tinggi, melainkan harus disulut sedikit demi sedikit, pada  akhirnya paham betul apa yang mereka lakukan, memang  beralasan dan untuk kepentingan siapa.  Yang terpenting adalah minat untuk berubah menjadi mahasiswa yang berguna dan bermanfaat  bagi bangsa kedepannya.
Namun sangat disayangkan  dan berbanding terbalik bagi mahasiswa-mahasiswi yang  memang fokus mengenyam pendidikan dibangku perkuliahan. Menomorsatukan  kuliah, memperoleh nilai bagus/cummulaud, dikenal(akrab) para dosen, yang terpenting lagi mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan pendidikan yang dijalani setelah akhir studi nanti, adalah motif utama pendidikan pasar yang telah dirancang para penguasa pendidik .
Alur paradigma yang pragmatis terlalu sering terbesit dibenak mahasiswa. Disatu sisi prestasi akademis merupakan sebuah tuntutan yang harus dikejar dan dicapai, meskipun  sebagian besar dibalut segudang teori formal yang mengikat pikiran kritis  .
Di sisi lain pemikiran kritis sangat dibutuhkan untuk membentuk karakter seorang mahasiswa agar menjadi manusia yang beradab, dengan memperdayakan  pemikiran yang logis demi  kepentingan publik. Namun nyatanya saat ini, masih banyak ditemukan mahasiswa “jadi-jadian”  antara pemikir kritis asli dan pemikir kritis bajakan. Segalanya serba terselubung dan penuh  dengan intrik.

0 komentar:

Posting Komentar