Selasa, 08 Mei 2012

Mahasiswa "Tanpa" Demo??


Mahasiswa ‘Tanpa’ Demo??




Apa pendapat kalian tentang judul diatas? Mahasiswa “Tanpa” Demo? Sepakat kah? Atau justru malah kontra? Ya, setiap manusia pasti mempunyai pola pikir dan alasan yang berbeda2.
Disini saya akan menuliskan pendapat saya mengenai judul diatas.
Sebenernya demo itu untuk apa sih? Ada yg menjawab “Kita ini kan mahasiswa, kalau bukan kita yang bukan menyalurkan aspirasi masyarakat, lalu siapa? Apakah kita harus diam saja melihat perkembangan pemerintah yang terus menindas rakyat kecil?” widiiiih kalo dari jawabannya sih itu pasti adalah mahasiswa yang suka banget ama yang namanya demo. Apakah dari jawaban itu merupakan mahasiswa yg kritis? Hhmmm mungkin..
Nah, adalagi nih jawaban kedua “Untuk apa sih demo? Koar2 ga jelas, yang ada bikin rusuh, anarkis, ngerusak fasilitas, mending belajar yang bener buat jadi seorang sarjana yang sukses, terus buka lapangan kerja buat rakyat2 miskin” Nah,, dari jawaban yg kedua, bagaimana pendapat anda?
Mungkin ada yg bilang kalo dari jawaban yang kedua, tuh orang kayaknya mahasiswa yang apatis banget,, hhmmm mungkin..
Setiap kali ada agenda nasional ataupun agenda “dadakan” dalam menyikapi kebijakan pemerintah, entah pusat maupun daerah. SMS para aktivis kampus begitu rajin menginformasikan hal tersebut.
Bahkan terkadang kuliah dan tetek bengek tentang kampus, terlupakan begitu saja. Terlalu asyik berbaur dengan mereka(pendemo). Suara gemuruh lantang di jalanan bahkan depan gedung DPR bergema. Memasang muka pedas dan “sok hebat”. Kebijakan ini itu disikapi dengan data valid ala agen perubahan:Ya, mahasiswa.
Belum lagi spanduk-spanduk yang mengandung pesan, mengumpat bahkan menyumpahi pemerintah untuk lengser. Dan terkadang proverti yang di gunakan seperti ban, spanduk ,dibakar di hadapan para Satpol PP maupun Polisi , yang (mungkin) telah bosan melihat mahasiswa tipe  seperti itu.
Demo adalah Suka Cita?
Menyambung hal diatas, setiap  peringatan hari nasional di negeri ini selalu disambut dengan suka cita yang beragam. Seperti Mayday dan  Hari Pendidikan Nasional belakangan ini.
Aksi demonstarsi yang begitu besar dan  berbau anarkis pun tak terelakkan. Namun sayangnya  pemerintah, tak “tertarik” dengan aksi tersebut. Apa  yang menjadi  keinginan  rakyat/mahasiswa dalam demo dimentahkan begitu saja.
Teriakan panas pun, hanya sekadar membuang energi yang tak terasa. Namun sangat terasa, ketika pasca demo. Letih dan lesu. Itu adalah pengalaman pribadi saya.
 Setiap kali demo, baik pemerintah yang “sok” dalam memberikan pandangan umumnya mengenai hal yang dipergunjingkan mahasiswa, merupakan bahasan, yang katanya(Gubernur,DPRD) juga acapkali menjadi  bahan dalam rapat. Dan sesegera mungkin akan, di tiindak lanjuti di lapangan.
Toh nyatanya, tak ada perubahan sedikit pun. Malah berbuntut pada masalah yang satu, kemudian  berkembang biak, seperti virus. Mahasiswa pun kecewa lagi. Pada  akhirnya, demo lagi, dan demo lagi. Terus seperti itu, tanpa adanya tindakan yang berarti. Sebatas retotika belaka.
Sekadar Usulan Aja :)
Ya, benar ini sekadar usulan. Demo sih boleh aja, tapi ga perlu anarkis juga kan, ngerusak fasilitas umum,, malah kalo kayak gitu, mahasiswa malah dipandang kayak “preman”. Saya lebih suka aksi damai, aksi yang tertib. Apakah dengan aksi damai bisa menyalurkan aspirasi? Tentu, justru malah rakyat memandang mahasiswa itu bukan kayak “preman” yg merusak sana sini. Kkatanya mahasiswa sebagai agent of change? Tunjukan dong kawan kawan mahasiswa, kalo kalian bisa menjadi penerus bangsa, dan bisa merubah bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan ngga dijajah. Kalian ngerasa ga sih, walaupun bangsa kita udah merdeka, tapi kok masih aja ya keliatannya dijajah? Misalnya, banyak kan sekarang pabrik2 dari korea yang membuka lapangan kerja di Indonesia, dan yang saya lihat, pekerja2 itu kebanyakan perempuan, saya lihat dan merasakan, mengapa pabrik tersebut harus keluar pada saat waktu magrib? Hingga yang waktunya digunakan untuk ibadah (untuk islam), tapi malah terjadi kemacetan disana sini karena pabrik2 yang mulai keluar. Sehingga pengguna kendaraan yang tadinya ingin melakukan ibadah, terhalang lah oleh kemacetan tersebut. Bukan hanya itu saja, pada saat pagi, waktunya orang pergi sekolah dan pergi bekerja, selalu dihalangi oleh kemacetan tersebut.
Masih banyak lagi contoh di bangsa ini yang tidak terlihat kalo bangsa kita sudah merdeka.
Jujur, saya lebih suka aksi kalo mengenai korupsi. Mengapa? Karena koruptor itu adalah penyebab utama mengapa bangsa kita menjadi miskin. Belakangan ini mahasiswa,masyarakat atau siapapun  yang sering demo agar bisa mencoba alternative ini. Masalah yang sering dihadapi di masyarakt tentunya di carikan solusi.
Seperti kemiskinan, tentunya diatasi dengan membuka lapangan pekerjaan, anak putus sekolah mungkin di bantu oleh mahasiswa yang paling “ngotot berkoar”dengan menyisihkan uang jajan(uang malming),atau mencari alternative lainnya yang lebih bijak dan baik, misalnya mahasiswa bisa menyalurkan ilmu nya untuk anak2 jalanan dengan membuka kegiatan belajar bersama sehingga mampu dirasakan oleh publik secara luas.
Itu kan lebih nyata. Kalau memang mengkiritisi pemerintah, tak zamannya lagi harus berkoar lantang dengan menggunakan  alat pengeras(seperti TOA). Perankan dan optimalkan media saat ini. Kalau surat kabar ataupun media tv, sudah ada yang mengontrol di balik layar. Ya, internet adalah , media global tanpa batas  dan mampu menembus ruang dan waktu. Bisa “mengangkat” seseorang dan bahkan “membanting”.
Ini adalah media tanpa kekangan,tanpa editorial yang berlebihan, tanpa paksaan mapun tekanan. Ini adalah media untuk menyuarakan suara demokrasi diera  digital saat ini. Ini yang perlu di propagandakan oleh mahasiswa yang “getol’ berdemo di luar sana.
Teknologi yang di perankan, bukan tenaga yang hanya menjadi kebanggaan .
Yuk mahasiswa-mahasiswa berpendidikan, kita ciptakan bangsa baru kita untuk menjadi bangsa yang yang maju, bangsa yang sehat, dan bangsa yang beriman, karena manusia yang  beriman pasti tidak akan menjadi koruptor. Ini sekadar usulan, semoga berarti!
Salam mahasiswa J

0 komentar:

Posting Komentar